Latar Belakang
Dalam analisis kimia, terdapat beberapa cara yang
dapat digunakan untuk menentukan kadar senyawa yang terkandung dalam suatu
bahan. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan proses titrasi. Titrasi
merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat
lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan
berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi. Dalam
titrasi itu sendiri ada bermacam-macam cara yang sering digunakan, salah
satunya adalah asidimetri dan alkalimetri.
Asidimetri dan alkalimetri
adalah salah satu dari empat golongan utama dalam penggolongan reaksi dalam
analisis titrimetri. Asidimetri dan Alkalimetri ini melibatkan titrasi basa
bebas atau basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam
lemah dengan suatu asam standar (asidimetri) dan titrasi asam bebas atau asam
yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah dengan suatu
basa standar (alkalimetri). Reaksi-reaksi ini melibatkan bersenyawanya ion
hydrogen dan ion hydroksida untuk membentuk air (Basset, 1994).
Asidi alkalimetri sangat perlu untuk
dipelajari, karena titrasi asam basa sangat berguna dalam
dunia industri. Contoh penggunaannya adalah dalam bidang pertanian, untuk
pembuatan pupuk kalium klorida yang dalam pembentukkannya diperlukan MgO yang
dihitung kadarnya sebagai penguji dengan proses titrasi. Dalam industri makanan
digunakan untuk penentuan kadar iodium, sakarin, kadar Zn dan Fe dalam tahu
yang dibungkus dengan plastik dan dalam industri kosmetika yaitu dalam
penentuan kadar zat warna AZO yang berbahaya. Tak hanya itu, titrasi asam basa
juga berguna dalam
bidang kefarmasian terutama untuk reaksi-reaksi dalam
pembuatan obat yang memerlukan sebuah analisis tersendiri.
Metode analisis
dengan volumetri ataupun titrimetri menggunakan prinsip asam basa adalah asidi
alkalimetri. Proses ini digunakan dalam perhitungan untuk menentukan kadar
suatu zat berdasarkan perhitungan volume dengan larutan standar yang telah
diketahui kadarnya dengan tepat. Dalam percobaan ini yang dilakukan adalah
titrasi asam yaitu menentukan konsentrasi asam cuka dan asam sitrat dengan
menggunakan larutan natrium hidroksida (NaOH) dengan penambahan indikator
penolftalen.
I.2
Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Adapun
maksud dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui kadar asam sitrat dan asam
asetat dengan menggunakan prinsip asidimetri dan alkalimetri.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini
adalah:
1. menetapkan
kadar asam asetat dan kadar asam sitrat menggunakan prinsip asidi alkalimetri.
2. Menetapkan
pH asam sitrat dan pH asam asetat
I.3 Prinsip Percobaan
Adapun prinsip percobaan pada praktikum kali ini yaitu
berdasarkan hasil akhir dari titrasi menggunakan reaksi netralisasi atau reaksi
asidi alkalimetri dimana terjadi reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari
asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa sehingga menghasilkan air
yang bersifat netral.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
II.1 Teori
Titrasi asam-basa sering disebut asidi-alkalimetri,
yaitu titrasi yang menyangkut reaksi dengan asam atau basa, diantaranya asam
kuat dengan basa kuat, asam kuat dengan basa lemah, asam lemah dengan basa
kuat, asam kuat dengan garam dari asam lemah, dan basa kuat dengan garam dari
basa lemah. Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode kimia analisa
kuantitatif yang didasarkan pada prinsip titrasi asam-basa. Asidi-alkalimetri
berfungsi untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan secara analisa
volumetri. Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi
antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal
dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga
dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima proton
(basa).
+ H2O
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara
kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku
asam, sebaliknya alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang
bersifat asam dengan menggunakan baku basa.
Untuk menetapkan titik akhir pada proses netralisasi ini digunakan indikator. Menurut W. Ostwald, indikator adalah suatu senyawa organik kompleks dalam bentuk asam atau dalam bentuk basa yang mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna yang berbeda dan dapat saling berubah warna dari bentuk satu ke bentuk yang lain ada konsentrasi H+ tertentu atau pada pH tertentu.
Untuk menetapkan titik akhir pada proses netralisasi ini digunakan indikator. Menurut W. Ostwald, indikator adalah suatu senyawa organik kompleks dalam bentuk asam atau dalam bentuk basa yang mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna yang berbeda dan dapat saling berubah warna dari bentuk satu ke bentuk yang lain ada konsentrasi H+ tertentu atau pada pH tertentu.
Jalannya proses titrasi netralisasi dapat diikuti
dengan melihat perubahan pH larutan selama titrasi, yang terpenting adalah
perubahan pH pada saat dan di sekitar titik ekuivalen karena hal ini
berhubungan erat dengan pemilihan indikator agar kesalahan titrasi
sekecil-kecilnya. Larutan asam bila direaksikan dengan larutan basa akan
menghasilkan garam dan air. Sifat asam dan sifat basa akan hilang dengan terbentuknya
zat baru yang disebut garam yang memiliki sifat berbeda dengan sifat zat
asalnya. Karena hasil reaksinya adalah air yang memiliki sifat netral yang
artinya jumlah ion H+ sama dengan jumlah ion OH- maka reaksi itu
disebut dengan reaksi netralisasi atau penetralan. Pada reaksi penetralan,
jumlah asam harus ekivalen dengan jumlah basa. Untuk itu perlu ditentukan titik
ekivalen reaksi. Titik ekivalen adalah keadaan dimana jumlah mol asam tepat
habis bereaksi dengan jumlah mol basa. Untuk menentukan titik ekivalen pada
reaksi asam-basa dapat digunakan indikator asam-basa. Ketepatan pemilihan
indikator merupakan syarat keberhasilan dalam menentukan titik ekivalen.
Pemilihan indikator didasarkan atas pH larutan hasil reaksi atau garam yang
terjadi pada saat titik ekivalen.
Salah satu kegunaan reaksi netralisasi adalah untuk
menentukan konsentrasi asam atau basa yang tidak diketahui. Penentuan
konsentrasi ini dilakukan dengan titrasi asam-basa. Titrasi adalah cara
penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu dengan menggunakan
larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Bila titrasi menyangkut titrasi
asam-basa maka disebut dengan titrasi asidi-alkalimetri.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah
indikator yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator
diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes. Untuk
memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat
mungkin dengan titik ekivalen, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indiator
yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan. Keadaan dimana
titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indiator disebut sebagai
titik akhir titrasi (Dyah, 2012).
Bila suatu asam dan suatu
basa yang masing-masing dalam kuantitas yang ekuivalen secara kimiawi, dicampur
akan dihasilkan suatu reaksi penetralan, yang menghasilkan suatu larutan garam
dalam air. Larutan ini akan benar-benar netral jika asam dan basa itu sama kuat
; kalau tidak, akan diperoleh larutan asam lemah atau basa lemah. Konsentrasi
suatu larutan asam atau basa yang anu (unknown) dapat ditentukan dengan titrasi
dengan larutan yang konsentrasinya diketahui. Teknik semacam itu disebut analisis
volumetri (Kleinfetter, 1987).
Volumetri adalah cara analisis jumlah berdasarkan
pengukuran volume larutan pereaksi berkepekatan tertentu yang direaksikan
dengan larutan contoh yang sedang ditetapkan kadarnya. Reaksi dijalankan dengan
titrasi, yaitu suatu larutan ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit,
sampai jumlah zat-zat yang direaksikan tepat menjadi akivalen satu sama lain.
Pada saat titran yang ditambahkan tampak telah ekivalen, maka penambahan titran
harus dihentikan; saat ini dinamakan titik akhir titrasi. Larutan yang
ditambahkan dari buret disebut titran, sedangkan larutan yang ditambah titran
itu disebut titrat. Dengan jalan ini, volume atau berat titran dapat diukur
dengan secara teliti dan bila konsentrasi juga diketahui, maka jumlah mol
titran dapat dihitung. Karena jumlah titrat ekivalen atau sama dengan jumlah
titran, maka jumlah mol titrat dapat diketahui pula berdasar persamaan reaksi
dan koefisiennya. Perhatikanlah sekali lagi arti ungkapan ”pereaksi telah
ekivalen”, yang berarti: telah tepat banyaknya untuk menghabiskan zat yang
direaksikan. Titran dan titrat tepat saling menghabiskan; tidak ada kelebihan
yang satu maupun yang lain. Ini tidak selalu berarti, bahwa pereaksi dan zat
yang direaksikan telah sama banyak, baik volume maupun jumlah gram atau
mol-nya. Hal ini jelas, sebab jumlah yang bereaksi ditentukan oleh persamaan
reaksi (Harjadi, 1987).
Titrasi adalah proses penentuan
banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk
bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang akan di analisis.
Prosedur analitis yang melibatkan titrasi dengan larutan-larutan yang
konsentrasinya diketahui disebut analisis volumetri. Dalam analisis larutan
asam dan basa, titrasi melibatkan pengukuran yang seksama, volume-volume suatu
asam dan suatu basa yang tepat saling menetralkan (Keenan, 1998).
Proses titrasi
digunakan dalam penentuan analitis banyak, termasuk melibatkan reaksi
asam-basa. Indikator adalah zat yang digunakan untuk sinyal ketika titrasi tiba
di titik dimana reaktan kimia sama, seperti yang didefinisikan oleh persamaan
reaksi. Larutan standar adalah larutan dengan konsentrasi tepat ditentukan. Awalnya konsentrasi larutan standar
ditentukan dari jumlah yang ditimbang dari sebuah standar primer, bahkan kimia
referensi yang sangat dimurnikan. Larutan standar dapat dibuat dari salah satu
dari dua cara (Weiner, 2010):
1. Standar
primer yang ditimbang dengan hati-hati, dilarutkan, dan diencerkan akurat untuk
volume yang diketahui. Konsentrasi dapat dihitung dari data.
2. Larutan
dibuat untuk perkiraan konsentrasi dan kemudian dibakukan oleh titrasi
kuantitas akurat ditimbang dari standar primer.
Larutan yang dititrasi dalam asidimetri-alkalimetri
mengalami perubahan pH. Misalnya bila larutan bersifat asam dititrasi dengan larutan
bersifat basa, maka nilai pH larutan mula-mula rendah dan selama titrasi terus
menerus naik. Bila pH ini diukur dengan pengukur pH (pH-meter) pada awal
titrasi, yakni sebelum ditambah basa dan pada waktu-waktu tertentu setelah
titrasi dimulai, maka kalau pH dialurkan lawan volume titran, kita peroleh
grafik yang disebut kurva titrasi.
Bila suatu indikator pH kita pergunakan untuk menunjukkan
titik akhir titrasi, maka harus dipenuhi syarat-syarat berikut ini:
1. Indikator
harus berubah warna tepat pada saat titran menjadi ekivalen dengan titrat agar
tidak terjadi kesalahan titrasi.
2. Perubahan
warna itu harus terjadi dengan mendadak, agar tidak ada keragu-raguan tentang
kapan titrasi harus dihentikan atau dilanjutkan.
Untuk memenuhi pernyataan (1), maka trayek indikator
harus mencakup pH larutan pada titik ekivalen, atau sangat mendekatinya; untuk
memenuhi pernyataan (2), trayek indikator tersebut harus memotong bagian yang
sangat curam dari kurva.
Indikator asam basa ialah zat yang dapat berubah warna
apabila pH lingkungannya berubah. Misalnya biru bromtimol (bb); dalam larutan
asam ia berwarna kuning, tetapi dalam lingkungan basa warnanya biru. Warna
dalam keadaan asam dinamakan warna asam dari indikator (kuning untuk bb),
sedang warna yang ditunjukkan dalam keadaan basa disebut warna basa. Akan
tetapi harus dimengerti, bahwa asam dan basa disini tidak berarti pH kurang
atau lebih dari tujuh. Asam berarti pH lebih rendah dan basa berarti pH lebih
besar dari trayek indikator atau trayek perubahan warna yang bersangkutan. Perubahan
warna disebabkan oleh resonansi isomer elektron. Berbagai indikator mempunyai
tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya mereka menunjukkan warna pada range
pH yang berbeda (Khopkar. 2003)
asidialkali metri seara umum artinya yaitu titrasi yang menyangkut asam basa diantaranya
1.basa kuat dengan asam kuat
NaOH + HCL ==> NaCl + H2
reaksi ion H+ + OH- ==> H2O
2.basa lemah dan asam kuat
NH4OH + HCl ==> NH4Cl + H2O
3.asam kuat dan basa kuat
HCL + NaOH ==> NaCl + H2O
4.garam asam lemah denagn basa kuat
NaCN + HCL ==> NaCl + HCN
reaksi ionnya : CN- + H+ ==> HCN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar